
BLORA, SUARA JATENG – Miris, sebanyak 7 orang warga Desa Jurangjero, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora diduga dianiaya Warga Negara Asing (WNA) yang ada di PT. Kapur Rembang Indonesia (KRI) yang berada di Desa Kajar Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang, Kamis, (14/11/2024).
Awalnya puluhan warga Desa Jurangjero hendak menyampaikan keluhan warga terkait bau asap pembakaran di pabrik kapur milik PT. KRI yang menggunakan bahan bakar batu bara, karena menurut warga Desa Jurangjero, asap dari hasil pembakaran tersebut menimbulkan polusi udara dan baunya juga sangat menyengat.
Warga Desa Jurangjero geram, lantaran protes warga yang dilayangkan kepada PT. KRI puluhan kali terkait dampak polusi yang ditimbulkan oleh aktivitas PT. KRI tidak digubris sama sekali. Sehingga puluhan warga berbondong-bondong mendatangi langsung PT. KRI tersebut.
“Kami mendatangi pabrik untuk menyampaikan bahwa asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran yang menggunakan batu bara itu baunya sangat menyengat mas, jadi warga sangat resah,” ucap salah seorang warga yang ikut mendatangi lokasi pabrik.
Kemudian, saat tiba dilokasi pabrik pada Rabu malam (13/11) sekira pukul 21.00 WIB, yang lokasinya memang berbatasan langsung antara Desa Jurangjero Blora dengan Desa Kajar Rembang, puluhan warga tersebut melakukan mediasi dengan pihak PT. KRI yang didalamnya ada 7 WNA.
Dalam mediasi tersebut, warga Desa Jurangjero menginginkan operasional pabrik dihentikan. Namun, bukan kesepakatan yang dihasilkan, melainkan 7 warga Desa Jurangjero mengalami penganiayaan yang diduga dilakukan oleh salah seorang WNA yang ada di PT. KRI tersebut.
Bahkan, salah seorang WNA mengambil gunting dan menusukan ke beberapa warga Desa Jurangjero. Alhasil, 7 warga Desa Jurangjero mengalami luka tusukan. Kemudian beberapa warga langsung mendatangi RS PKU Blora untuk melakukan Visum.
Setelah terjadi penusukan oleh salah seorang WNA, puluhan warga sempat balik lagi ke lokasi kejadian dengan membawa kayu seadanya guna menjaga diri.
Suwoto, selaku Kepala Desa (Kades) Jurangjero menyampaikan bahwa dirinya kaget saat rumahnya didatangi warga malam hari dengan kondisi ada luka tusukan di perut.
“Malam pintu rumah saya diketuk warga mas, pas saya keluar, saya kaget, karena warga saya mengalami luka tusuk di perut,” ucapnya.
“Selain itu juga ada beberapa warga lain yang juga mengalami luka tusukan. Awalnya mereka ingin mengkonfirmasi terkait bau asap, atau polusi yang ditimbulkan dari pabrik itu baunya sangat menyengat, tapi malah terjadi penyerangan terhadap warga, yang dilakukan oleh orang asing,” jelasnya.
Kades juga menyampaikan bahwa warga sudah beberapa kali melayangkan protes ke pabrik tersebut, namun sama sekali tak di indahkan, “Warga sudah puluhan kali protes mas, tapi ya gitu, bahkan kami sudah melaporkan ke DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Rembang, dan DLH Blora, bahkan Provinsi,” pungkasnya.